Me Time || 15.09 ๐
ME TIME
"Percayalah, setiap orang punya cara berbeda.
Aku termasuk yang menyukai sepiku menjadi moment yang paling tepat untuk menumpahkan segala macam tapak hidup dalam tulisan."
-Lii
Semilir angin menghembus pelan. Sore yang tak biasa. Hari ini entah mengapa naluri membawaku mengalihkan langkah ke sebuah tempat untuk meredam gejolak dalam hati. Tiba-tiba saja aku memutuskan pergi dan menunda rutinitas harian demi kengininan hati untuk ber-me time. Aku berdalih ini adalah upaya mencari kesejukan, menikmati sepi setelah sekian lama aku berpura-pura menjelma menjadi manusia paling sibuk.
Menarik dan terdengar lucu, yaa karena sibukku hanya seputar bangku perkuliahan, sibuk pada umumnya manusia yang sedang berperan sebagai Maha-siswa. Langkah kaki dengan ringannya memberhenti kan angkot, semuanya bahkan berjalan begitu saja tanpa planning apapun. Mau kemana? Dan sama siapa? Biasanya kedua pertanyaan tersebut mengawali perencanaan ku sebelum bepergian, tapi entah mengapa tidak dengan hari ini. Mendadak aku tak peduli harus pergi ke tempat seindah dan senyaman apa, harus ditemani oleh teman yang mana, pokoknya yang terpenting aku bisa menikmati hari lebih berarti, dan biarkan kali ini mengikuti saja kemana hati membawaku pergi.
Membuka laptop dan mulai mengetikkan sesuatu di sana, ya! Aku sudah sampai ditempat yang aku singgahi saat ini. Entah mengapa tiba-tiba memilih tempat ini, dirasa sudah nyaman dan pas untuk memulai, jari ku mulai aktif menari di atas keyboard. Rencananya aku akan memulai hal baru, menulis dan berbagi coretan hidup di blog ini, entah mengapa dan ide dari mana rasanya ingin ada sesuatu atau potensi yang bisa aku manfaatkan dalam diri, walaupun sadar betul diri ini tidak luput dari keterbatasan, tapi ada kehampaan jika terus menerus melewati lorong waktu tanpa ada benahan dan habis terhempas kesia-siaan.
Belakangan ini aku mengalami begitu banyak kejadian-kejadian tak terbayangkan, rasa sakit bertubi-tubi mengahantam hati selalu berujung penyesalan dan keinginanan menyerah yang begitu mudah muncul di benakku, yang begini seringnya benar-benar menarik diriku terlampau jauh dari tempatku berdiri sebelumnya. Hariku layaknya diliputi perasaan campur aduk, tak terkendali, hingga ruang-ruang dalam hati seakan diisi penuh oleh kerisauan. Ya~aku bukan malaikat, hanya manusia biasa yang dalam hidupnya boleh jadi berada pada keadaan terpuruk setelah diterpa gelombang dahsyat, bencana yang berhasil memporak-porandakan pertahanan hati yang selama ini tampak kuat dipandang mata. Manusia biasa sepertiku wajar-wajar saja sewaktu-waktu bertindak egois bukan? Kadang ada saat aku bahkan tidak tau harus berbuat apa lagi.
Pelik memang tentang urusan mengelola hati tuk tetap stabil. Sudah berkali-kali aku memaksa hati untuk tetap normal, bertahan dan terus berusaha tampil baik-baik saja. Sudah berulang-ulang kalimat motivasi ku putar untuk me-refresh otak yang barangkali sedang eror tak karuan. Nihil, kali ini aku tak berhasil menjaga pertahanan, virus-virus negatif masuk mengacaukan seluruh sistem pengendalianku. Hati dan otakku dibuat kritis, itu sebabnya hari ini semua menjadi hampa.
Sudah lama sebenarnya aku ingin menyisakan satu hari saja untuk ber sepi ria begini, rencana-rencana hanya wacana yang dipajang dalam papan to do list tanpa realisasi. Lagi-lagi aku lupa sebab disibukkan menjalani dunia nyata orang dewasa yang telah merenggut segalanya. Padahal sudah sejak lama hati meminta diperhatikan, bercengkrama sesekali dengannya itulah yang sebenarnya dibutuhkan.
Jika harus menyebutkan apa saja yang aku sukai, maka menenangkan diri di sini adalah salah satunya. Saat keramaian hadir bukan menjadi sebuah ketetarikan untuk keadaan ku saat ini. Aku hanya peduli pada buku-buku yang bejejer rapih di rak tempatnya, banyak orang hadir di tempat ini tapi kesunyiannya tidak pergi, mulut yang biasanya pemecah sunyi, kini keadaan tetap hening terkendali. Di sini buku telah menjeda keramaian, tenggelam pada deretan tulisan, mengunci kebisingan untuk bisa menikmati dan memahaminya. Perpustakaan ini tanpa aku sadari sudah menjadi tampat favorit di kala Me Time seperti ini. Tak lama aku juga mulai asik dengan laptopku ku kembali.
Kapan lagi begini bukan? Sepertinya hari ini Allah sedang memberiku kesempatan paling baik dalam mengurai nikmat-Nya. Alih-alih membuatku berhitung, ia telah mencapai nilai tak terhingga. Aku tak akan mampu menjelaskan bagaimana baiknya Allah dalam memberi apa-apa yang bahkan lebih dari yang aku butuhkan di dunia. Ah benar juga, disaat begini siapa yang menggerakkan hatiku ke tempat ini kalau bukan Allah. Pasti ada maksud mengapa dari sekian banyak tempat di Bandung, aku malah menginjakkan kaki di sini. Ya!~Allah pasti punya maksud, tapi apa yang sedang ia perlihatkan padaku Kepalaku terangkat menerawang ke kaca jendela, pemandangan dari luar sana, aku berada di lantai dua Perpustakaan di kampus semua terlihat jelas gedung-gedung fakultas, pepohonan, dan burung berterbangan berbaris rapih di hadapanku. Tidak butuh waktu lama aku mendapat jawaban dari pertanyaanku. Ah mengapa aku baru menyadarinya?
Air mata seketika mengalir membasahi pipiku, dengan refleks jemariku segera mengusap butiran bening yang semakin deras berjatuhan itu. Tak kusadari, saking perasaan galau telah menyelimuti hati, aku sampai buta dari melihat kebesaran Allah yang sedang mencoba menghiburku. Ada begitu banyak kehidupan di depan mataku, semua kehidupan yang diatur oleh Allah begitu luar biasa. Sedari tadi aku berusaha fokus pada hal-hal sederhana disini.
Betapa sudah kelewatannya aku dalam memaknai kebahagiaan hanya seputar apa yang tidak aku peroleh sedangkan banyak yang aku ingini Allah adakan tanpa aku pintai dahulu. Lihatlah makhluk-makhluk yang diciptakan hanya untuk bertasbih pada-Nya. Seperti pepohonan yang menjaga dari terik matahari di sana, bahkan ia hidup hanya untuk menebar manfaat pada bumi dan seisinya, menjalankan perintah Allah tanpa ada tuntutan apapun, sekalipun manusia-manusia sepertiku sering bertindak serakah dan gegabah terhadap hak-hak perlindungan keberadaannya. Ia bahkan tetap berbaik hati menghasilkan oksigen yang mana menjadi kebutuhan utama manusia sepertiku. Bukan itu saja, lihatlah kerumunan semut hitam dibawah meja itu, bukankah mereka diciptakan sebagai bentuk sebab akibat? Sesuatu Allah ciptakan karna dibutuhkan.
Manusia sepertiku terlampau hina karena banyak membuat keinginan-keinginan tanpa menyertakan rasa syukur atas apa-apa yang sudah ada. Aku menyesal akhir-akhir ini banyak menuntut Allah, hanya karena doa-doaku belum Allah wujudkan, sedih sehingga muncul banyak prasangka. Terbiasa menyalahkan keadaan ku yang tak hentinya di terpa ujian silih berganti. Terbiasa membanding-bandingkan kehidupan dan menyebutnya tak seberuntung orang lain. Seharusnya aku selalu hadirkan Allah, tak pikiran-pikiran bercabang, sehingga memperoleh kehampaan.
Oh Allah bahkan Engkau tak pernah meninggalkanku, sekali pun sedang berada dalam keburukan-keburukan prasangka. Hanya Dia yang tak akan mungkin meninggalkanku saat aku berusaha lari dari banyak kondisi.
Bisu bibirku kali ini adalah seni mengungkapkan paling haru aku rasakan, hanya ribut berbisik dalam hati pada Allah. Merasakan hadir Allah lebih dekat. Aku bebas menyampaikan tanpa bersusah payah memilah kata, Allah sudah paling mengerti. Menyendiri kali ini setidaknya sedikit berarti. Aku menemui lega seusai kegelisahan menguap begitu saja.
Sadar akan hal ini, Me Time kali ini aku punya catatan pada diriku sendiri :
- Liana, mulailah bercerita dengan dirimu sendiri, agar kelak engkau tak lagi mengemis untuk dipahami
- Liana, mulailah pahami arah kendati hati, agar engkau bisa memahami oranglain dengan sepenuh - hati
- Dan juga, .. Mulailah merapihkan jalan hidup ini dengan cara yang Allah ridhai agar kehampaan tidak terus menyertai.
Suara speaker tiba-tiba menjeda kericuhan dalam hatiku, Ya! Suara pemberitahuan bahwa perpus akan segera ditutup karena beberapa menit lagi akan memasuki waktu salat ashar, mendengar itu aku bergegas menutup laptop dan merapihkannya ke dalam tas. Tak mau berlama-lama aku langsung turun dan menuju ke masjid, oh Allah, terima kasih aku telah mendapatkan ketenangan itu.
Komentar
Posting Komentar