Jejak Duka #2 : Ada Saat Aku ingin Melampiaskan Segala Rasa Sesak!
Semenjak Papa tiada, ini menjadi tahun terberat yang pernah aku jalani. Aku yang perasa semakin mudah tersentuh hatinya. Bagaimana cara orang menatapku saja sudah membuatku disibukkan dengan kata 'mengapa?'. Terlebih dengan kata yang memberi singgungan memberi maksud yang berbeda, tidak henti pikiranku menerka-nerka; "apa yang sungguh mereka ingin dengar dan lihat dari diri ini? Apakah diri ini begitu penuh dengan cacat dan kurang?
Iyaa, demikian hanya sepotong peristiwa yang butuh penerimaan luar biasa oleh seonggok hati yang lebam, sepanjang episode kehilangan ini aku sungguh babak belur.
Aku tau, setiap orang hidup dalam jalur masalahnya masing-masing. Setiap orang barangkali juga berbeda dalam mengambil sikap. Ada yang bisa menyembunyikan dalam diam, teramat rapi. Ada yang sudah sangat terampil menyembunyikan, tetapi masih tampak dari gestur tubuh. Ada pula jenis yang tidak mampu menyembunyikan masalah sedikit saja, sebab tidak memiliki kapasitas dalam memendam. Akhirnya, bukankah semua hanya soal waktu? Kapan tepatnya ia meledak, entah cepat atau sedikit lambat.
Sebagai manusia biasa, kemampuanku sangat terbatas. Kadang kali ada saat aku ingin melampiaskan segala rasa sesak di dada.
Huuuh, mungkin ini hanya rinduu pah')
Mungkin tertatih-tatih dengan segala rasa sesak memberi pengertian padaku bahwa Allah ingin melihat aku sabar, seberaapa kuat bertahan.
Menangis, mengeluh, dan segala rasa sesak terbalut pada diri belakangan ini, astagfirullah jangan sampai kamu lupa punya Allah Lii, kenapa tidak libatkan saja semua masalah ini kepada-Nya? Allah selalu membuka waktu kapan saja untuk hamba-Nya.
Apa yang kamu khawatirkan Lii? Ada Allah.
Baiklah, kan kubuat perjanjian sepertiga malam dengan-Nya untuk mengaduh dalam balutan doa tak perduli seberapa cengengnya aku di mata-Nya.
Komentar
Posting Komentar